▼
▼
Selasa, 21 Juni 2011
Martabat manusia VS Sapi
Ketika bangsa Indonesia dikejutkan dengan berita meninggalnya salah seorang TKW asal Bekasi karena dihukum pancung di Arab Saudi, sontak semua fihak memberikan komentar, kritikan, tuduhan/tudingan yang tendensius, siapa yang mesti bertanggungjawab dalam peristiwa tersebut ? masing-masing fihak berargumentasi sesuai dengan tugas dan fungsinya, tidak pernah ada fihak yang jujur dan bertanggungjawab penuh dalam kasus ini. Pemerintah bereaksi sebatas pemulangan duta besarnya dari Arab Saudi, dan penyampaian nota protes kepada pemerintah Arab Saudi. Berbeda ketika alm. Gusdur yang mampu menyelamatkan TKW yang divonis hukum pancung atau pemerintahan Filipina yang mampu bernegoisasi dengan pemerintah Arab Saudi, sehingga warga negaranya terbebas dari hukum pancung. Apakah kita sebagai bangsa yang berdaulat tidak memiliki kapabilitas politik diplomasi, ataukah kita sudah kehilangan kharisma/pengaruh dimata bangsa lain. Persoalan TKW yang dihukum pancung adalah persoalan harkat dan martabat bangsa, bukan persoalan kecolongan, tidak memberitahukan kepada pihak pemerintah, bukan persoalan hukum yang berbeda, tapi sudah menyangkut martabat bangsa Indonesia. Bandingkan dengan sebuah kasus tentang perlakuan terhadap perlakuan dalam penyembelihan sapi di beberapa rumah potong hewan di Indonesia, pemerintah Australia langsung bereaksi keras dengan menghentikan ekspor sapi ke Indonesia. Perlakuan terhadap hewan saja pemerintah sangat tanggap terhadap segala kebijakannya, tapi kenapa kita tidak pernah sepeka bangsa lain, meskipun kasusnya hanya menimpa seekor hewan yang namanya sapi. Bangsa kita seringkali diperlakukan lebih dari perlakuan terhadap hewan/tidak manusiawi di negri orang, namun tidak pernah bereaksi keras dan mengambil keputusan yang tepat dalam kasus-kasus manusia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar