Istilah “Quo
Vadis” sering dimaknai sebagai Mau
Kemana/mau dikemanakan ? , kata yang mengandung makna “pertanyaan” perlu
mendapat jawaban dan alasan yang menjadi latar belakang munculnya pertanyaan dimaksud.
Pertanyaan tersebut ditujukan kepada siapa, apakah kepada pejabat negeri ini..!
elit politik…! Penegak hukum…! Atau kepada kita semua anak bangsa.
Nilai seringkali dikaitkan dengan istilah dalam filsafat, karena nilai merupakan salah satu kajian dalam filsafat. Istilah nilai dalam filsafat digunakan untuk menunjuk kata benda yang abstrak artinya “keberhargaan” (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan dalam menilai atau melakukan penilaian, (Frankena, dalam Kaelan 2010:87). Dalam konteks sosiologi nilai diartikan sebagai kemampuan yang dipercayai yang ada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai pada khakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah dan susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Oleh karena itu, nilai adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai budaya yaitu : Simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata . Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut; Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Nilai seringkali dikaitkan dengan istilah dalam filsafat, karena nilai merupakan salah satu kajian dalam filsafat. Istilah nilai dalam filsafat digunakan untuk menunjuk kata benda yang abstrak artinya “keberhargaan” (worth) atau kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan dalam menilai atau melakukan penilaian, (Frankena, dalam Kaelan 2010:87). Dalam konteks sosiologi nilai diartikan sebagai kemampuan yang dipercayai yang ada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai pada khakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah dan susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Oleh karena itu, nilai adalah suatu kenyataan yang “tersembunyi” dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Ada nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai budaya yaitu : Simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata . Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut; Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
Contoh nilai
budaya lain dalam meraih cita-cita nasionalnya
- Nilai Budayalah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih kembali martabatnya di dunia internasional.
- Nilai Budayalah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan Amerika.
- Kekuatan Nilai Budayalah yang membuat Korea Selatan sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun 1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan teknologi hampir sama.
- Kekuatan Nilai Budayalah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).
Pengaruh global
Eksistensi suatu bangsa di era globalisasi mendapat tantangan yg sangat kuat, terutama krn pengaruh kekuasaan int.Berger dlm The Capitalis Revolution, era globalisasi dewasa ini ideologi kapitalislah yg akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, sosial, politik dan kebudayaan. Perubahan global ini menurut Fukuyama (1989: 48), membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi partikular ke arah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan menguasainya. Jika pendapat kedua pakar tadi kita renungkan sejenak dan melihat kenyataan di masyarakat kita yang sebenarnya, tidak dapat kita pungkiri, realitas social bangsa ini terindikasikan kearah yang disebutkan oleh kedua pakar tadi, artinya kita perlu mempelajari kembali sejarah perjuangan bangsa, perlu menggali kembali nilai-nilai luhur bangsa.
Indonesia
sebagai Negara bangsa, Indonesia
adalah negara Multibudaya , sejak dahulu
masyarakatnya terdiri dari
berbagai suku bangsa yang beragam
budaya, bahasa dan agama. Sejalan dengan arus
globalisasi berbagai budaya asing yang
ditopang oleh teknologi informasi masuk ke alam pengetahuan masyarakat
Indonesia. Budaya asing itu lambat laun
mendominasi tata hidup masyarakat indonesia, mengalahkan budaya lokal,
sehingga bangsa Indonesia dikhawatirkan kehilangan jati dirinya. Indonesia
setelah merdeka lebih 60 tahun telah banyak meraih kemajuan di bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, dan keagamaan. Kemajuan tersebut juga ditandai oleh
pengakuan internasional. Stamina spiritual dan intelektual bangsa ini tidaklah
kalah bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Namun energi yang positif
itu sampai batas tertentu terbuang sia-sia karena ketidak sungguhan dan
berbagai kesalahan kolektif , yang terkait dengan melemahnya visi dan Nilai
Budaya bangsa.kelemahan Nilai Budaya bangsa menjadi beban nasional yang berat
ketika berakumulasi dengan berbagai persoalan internal yang kompleks, seperti
kemiskinan, pengangguran, kebodohan, keterbelakangan, korupsi, kerusakan
lingkungan, utang luar negeri, dan perilaku elite yang tidak menunjukkan
keteladanan. Nilai Budaya bangsa semakin menurun dengan adanya faktor eksternal
seperti intervensi kepentingan asing dan dampak krisis global dalam berbagai
aspek kehidupan. Tantangan
yang paling berat bangsa kita saat ini dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara adalah; Menipisnya nasionalisme,
lunturnya semangat gotong-royong,
menguatnya ikatan2 primordial, merajalelanya
tindakan-tindakan kekerasan dll, bahaya lagi suatu saat manusia Indonesia menjadi manusia
“marginal”
Nilai-nilai luhur bangsa
Sejak Proklamasi kemerdekaan 1945, secara
eksplisit bangsa Indonesia telah memiliki cita-cita (Visioner), yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat,
adil dan makmur. Nilai cita-cita tersebut perlu diimplementasikan dalam bentuk
regulasi dan kebijakan lain dari pemerintah, untuk mengejawantahkannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-cita nasional dan falsafah bangsa yang ideal
itu perlu ditransformasikan ke dalam visi nasional dan Nilai Budaya yang dapat
diwujudkan ke dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam falsafah dan ideologi negara terkandung ciri
keindonesiaan yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan (humanisme religius). Nilai-nilai tersebut tercermin dalam hubungan
individu dan masyarakat, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan dan
kemakmuran. Nilai-nilai dasar
kebangsaan Indonesia bersumber dari nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa
kita. Semangat kebangsaan adalah adalah penggerak nilai-nilai yang terdapat di
dalam jiwa dan menjadi ruh bangsa Indonesia. Nilai dasar kebangsaan itu statik,
sedangkan nilai yang bergerak terus yang menjadi pendorong semangat
kebangsaan adalah nilai instrumental atau nilai praksis yang senantiasa dapat
disesuaikan dengan konteks dan situasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
setiap saat. Oleh sebab itu semangat kebangsaan inilah yang senantiasa harus
terus menerus kita upayakan. Nilai kebangsaan yang secara umum terdapat pula
dalam nilai-nilai budaya masyarakat suku bangsa Indonesia tersebut, dijadikan
tali pengikat atau simpai yang menjalin persatuan berbagai suku bangsa tersebut
menjadi satu bangsa. Usaha menjalin persatuan bangsa Indonesia yang membingkai persatuan menjadi satu bangsa
yang merdeka dan berdaulat adalah melalui pendidikan.
Kenyataan dalam
kehidupan bangsa
Krisis Nilai Budaya manusia Indonesia ditunjukkan dengan premanisme (act of self distruction) yang semakin kuat. Ada kecenderungan
pada masyarakat kita kurang mengembangkan potensi daya saing secara optimal
dibandingkan dengan bangsa lainnya. Ada kecenderungan menguatkan konflik horisontal yang melemahkan integrasi
bangsa seperti halnya ; kasus Trisakti , kasus “Koja Priok”, Kasus Ambon, Ahmadiyah, kasus Mesuji, kasus Bima dll. Hal ini terjadi karena makin
memudarnya nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup semangat dan kesediaan untuk
bertumbuh kembang bersama, secara damai dalam kebhinekaan. Memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, Disorientasi
nilai keagamaan, Memudarnya kohesi dan integrasi sosial,Melemahnya
mentalitas positif.
Oleh karena itu, dalam kehidupan bangsa Indonesia diperlukan penguatan rasa kebangsaan,
keber-agama-an yang transformatif, integrasi sosial, dan penanaman nilai-nilai
kepribadian yang kuat dan Nilai Budaya Bangsa,
nilai budaya bangsa itu tercermin dalam sikap, tindakan, perilaku, aktualisasi
diri yang mengedepankan nilai-nilai manusia yang selaras hubungannya dengan Tuhan YME, sesama manusia dan alam lingkungannya. Transformasi Nilai Budaya Bangsa itu dapat
dilakukan melalui Pendidikan formal, non formal dan informal.
Dalam filosofi suku bangsa Sunda dikenal dengan nilai-nilai kehidupan
sbb;
1. Relijius; yang
dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat beribadah, jujur, terpercaya,
dermawan, saling tolong menolong, dan toleran;
( Bener)
2. Moderat; yang dicirikan oleh sikap hidup yang tidak
radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan
sosial, berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam
kemajemukan; (Bageur)
3. Cerdas; yang dicirikan
oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan
berpikiran maju; (Pinter)
4. Mandiri; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka,
disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan
memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai
kemanusiaan universal dan hubungan antarperadaban bangsa-bangsa. (singer)
Nilai-Nilai Pendukung Transformasi Budaya Bangsa
1.
Nilai Spiritualitas ini menampilkan keberagamaan
berkemajuan, yaitu keberagamaan yang berorientasi kepada etika atau akhlak, dan
penyeimbangan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Nilai Budaya
untuk hidup berkebudayaan yang maju dan unggul. Nilai Budaya yang demikian
dapat ditampilkan dalam idiom “taat beragama, maju berbudaya”. (taat
agamana, maju budayana) ;
2.
Kemajuan bangsa terkendala oleh lemahnya disiplin terhadap waktu dan norma
hukum yang berlaku. Kebiasaan yang tidak positif ini perlu diubah menjadi Nilai
Budaya bangsa yang menghargai waktu sehingga mendorong produktifitas dan daya
saing, serta mematuhi norma-norma hukum untuk terwujudnya ketertiban sosial serta
menghindari tindak kekerasan dan kecenderungan main hakim sendiri.
3.
Solidaritas ini diharapkan mengejawantah dalam bentuk
kesetiakawanan sosial dan toleransi terhadap perbedaan. Selain itu, solidaritas
kebangsaan menampilkan orientasi yang mengedepankan kepentingan bangsa di atas
kepentingan kelompok atau golongan. Perlu ditanamkan kebiasaan untuk hidup
berdampingan secara damai atas dasar saling memahami, saling menghormati, dan
saling tolong menolong untuk kepentingan dan kemajuan bersama. (ka cai jadi saleuwi ka darat jadi
salebak)
4.
Kini saatnya dikembangkan Nilai Budaya bangsa yang menghilangkan rasa
rendah diri untuk menjadi bangsa yang memiliki kepercayaan diri untuk berdiri
sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain.
5.
Ketergantungan baik individu maupun masyarakat mengakibatkan kurang percaya
diri dan mengurangi kebebasan berkreasi, ekspresi, inovasi dan mengekang
kebebasan berpendapat ;
6.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa besar dan kaya dengan sumber daya alam
memiliki peluang untuk bangsa maju dan unggul. Karena itu diperlukan Nilai Budaya yang
berorientasi kepada prestasi dengan semangat kerja keras. Dalam hal ini dapat
ditanamkan semangat kepada segenap anak bangsa, bahwa “kita mampu jika kita
mau” dan “mengapa tidak menjadi yang terbaik?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar