Burung Garuda bukan Burung Merpati

Unknown Jumat, 27 Mei 2011


Lambang burung garuda tidak lagi menjadi kebanggan sebagian bangsa Indonesia, mereka lebih bangga dan prestisius jika memakai/menggunakan lambang/simbol/semboyan bangsa/negara lain ketimbang lambang/simbol/semboyan bangsanya sendiri. Gaya hidup hedonis lebih bergengsi dikalangan tertentu bangsa Indonesia, dibandingkan dengan gaya hidup bangsanya sendiri yang penuh dengan nilai-nilai etik, kerjasama, toleran, religius, solidaritas, menghargai karya orang lain, bijaksana, dll. Nilai-nilai dimaksud terkristalisasi dalam pandangan hidup bangsa, ideologi bangsa, dasar negara, sumber hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan  bernegara. Semua itu dilambangkan dalam dada burung garuda bukan burung merpati yang seringkali jatuh dan membawa korban. Garuda didadaku seringkali dikumandangkan oleh supoter sepakbola ketimbang oleh pengurus PSSI yang tidak lagi memiliki nilai-nilai kebangsaan. Di kalangan elit birokrasi , politik, para wakil rakyat Pancasila lenyap dari dunia tuturan . Keprihatinan akan lenyapnya nilai-nilai Pancasila ditunjukkan melalui berbagai pernyataan di media massa , dalam seminar, simposium, dan sarasehan mengenai Pancasila dan eksistensinya setelah reformasi. Lembaga Ketahaman Nasional (Lem­hanas) telah membentuk deputi khusus untuk menangani masalah “makin menipisnya kesadaran dan penghayatan akan pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa”.
   Nilai-nilai Pancasila telah tergilas oleh roda zaman globalisasi yang senantiasa membawa niali-nilai dan karakter individualistik . Apakah kita sebagai bangsa masih mampu menjadikan Pancasila sebagai benteng untuk menahan arus globalisasi yang membawa dampak pada kehidupan bangsa Indonesia, yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Disisi lain, apakah Pancasila dapat dijadikan pedoman  bagi bangsa yang besar dan bermartabat di mata dunia atau malah membawa rakyat makin menjauhi dari cita-cita luhur bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan. Menurut Bung Karno, Pancasila tak sekadar rumusan filsafat hasil kecerdasan si pencetus, tapi lebih dari itu merupakan weltschuung bangsa Indonesia. Ia merupakan hasil penggalian yang mendasar dari tradisi dan karakteristik sebuah bangsa. Karena itu, Bung Karno yakin, Pancasila merupakan philosofische groundslag yang tepat bagi negara RI dan mampu menjadi guiding principles bagi rakyat Indonesia dalam meraih cita-citanya. 
Langkah yang dipandang tepat oleh penulis ketika Presiden/Wakil Presiden dan para petinggi lembaga negara lainnya menggelar pertemuan yang membahas pilar – pilar bangsa, khususnya ideologi Pancasila. Pasalnya menurut penyelenggara pemerintahan ini, akibat dari Pancasila yang mulai terpinggirkan, sejumlah persoalan konflik dan kekerasan sosial dari kalangan masyarakat hingga elit pemerintah kerap terjadi belakangan ini. Hasil pertemuan pun menyepakati semua lembaga negara berkomitmen bertanggung jawab dalam upaya penguatan Pancasila ketika menjalankan fungsi kelembagaannya. Akankah persoalan bangsa benar mampu tereduksi dengan komitmen para petinggi negara ini? Kita tunggu apakah burung Garuda tetap gagah dan burung Merpati yang lemah.



Blogger Template by BlogTusts Sticky Widget by Kang Is Published by GBT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat !!!